A. Arti Keselamatan
Kata “keselamatan” berasal dari bahasa Yunani yaitu sozo
artinya : menyelamatkan, membebaskan, mengawetkan, melestarikan, menyembuhkan.
Dan dalam kaitannya dengan manusia berarti “menyembuhkan dari kematian atau
mempertahankan hidup.”
B. Keselamatan dalam Kitab Suci
Salah satu kerinduan setiap manusia yang paling
mendalam adalah memperoleh keselamatkan dalam hidupnya. Bagi orang beriman,
kerinduan untuk keselamatan berdasarkan iman akan Allah adalah sumber
keselamatan yang pertama dan utama. Menurut
Paulus : Sebab kasih karunia, kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, teatapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri. ( Ef 2:8-9). Tanda kasih Allah adalah keselematan dalam Kristus itu
lebar, panjang, dalam, dan tingginya melebihi apapun juga di dunia ini (Ef
3:18). Jadi keselamatan tidak dibatasi hanya penembusan dan pengampunan dosa
saja, tetapi secara lengkap mengandung 4 (empat) arti penting, sebagai berikut:
1. Diselamatkan dari dosa dan perbudakan (Roma 10:1 dan Kis
7:25)
2. Diselamatkan dari kehancuran dan penghinaan ( Ibrani 10:1)
3. Diselamatkan dari tubuh yang menderita atau sakit (Kis 3:6,
4: 10)
4. Diselamatkan dari segala kutukan dan maut, serta
diselamatkan sampai dengan akhirnya.
Melalui imannya, manusia mengharapkan keselamatan dari Allah.
Kendati demikian banyak orang yang mencari keselamatan bukan dari Allah,
melainkan dari hal-hal yang lain di dunia, yang bersifat duniawi misalnya.
Padahal sesungguhnya Allah adalah sumber keselamatan yang sejati. Kitab suci memperlihatkan bukti bahwa Allah menyelamatkan semua
umat manusia. Beberapa contoh allah menyelamatkan manusia.
1. Allah menyelamatkan manusia dengan menciptakan segala sesuatu
2. Allah menyelamatkan manusia dalam perjalanan hidupnya
3. Allah menyelamatkan manusia dengan menghadirkan sesama
Allah berkehendak menyelamatkan semua orang, kehendak Allah
untuk membuat manusia bahagia dan selamat itu, tidak terputuskan oleh apapun dan
semua dilakukan Allah dengan tanpa pamrih. Kendati manusia berbuat dosa dan
menghianati, Allah tetap ingin menyelamatkan manusia. Dengan kata lain, Allah
menyelamatkan manusia, tidak terputus oleh dosa yang dilakukan oleh manusia.
C. Tanda Keselamatan Allah
Tanda keselamatan Allah yang paling nyata dan agung adalah
kehadiran Yesus Kristus. Kehadiran Yesus Kristus menjadi perwujudan kehendak
Allah untuk menyelamatkan manusia. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal , supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16) Oleh karena
itu, Santo Paulus juga mengatakan, “ Barang siapa mengenal Yesus. Ia mengenal
Allah sendiri” (Kol 1:19) Kehadiran Yesus menjadi penggenapan rencana
keselamatan Allah bagi manusia.
Seperti halnya Yesus Kristus, kita juga dapat menjadi tanda
keselamatan Allah bagi sesama. Kesediaan kita untuk menolong orang lain tanpa
pandang bulu, mengasihi tanpa kecuali, dapat menjadi tanda syukur kita akan
keselamatan yang dianugrahkan Allah kepada kita.
Ada berbagai sarana bagi manusia untuk menghayati Allah sebagai sumber
keselamatan, salah satunya adalah Sakramen Ekaristi. Dengan mengikuti sakramen
ekaristi dan menerima Tubuh-Nya, kita disatukan dan diselamatkan oleh Tuhan
Yesus. Selain itu, Allah sebagai sumber keselamatan sejati dapat kita jumpai
dan rasakan melalui berdoa dan membaca kitab suci. Melalui doa, kita merasa
dekat dengan Allah. Melalui bacaan Alkitab, kita makin mengenal dan memahami
kehendak dan rencana keselamatan dari Allah.
1.Alam semesta yang luas dan indah
2.Orang-orang disekitar kita yang memiliki niat baik dan mau
berkerja sama dalam membangun dunia atau menjadi sarana keselamatan bagi orang
lain.
Tahap Wahyu Allah yang Penuh
1. Tahap wahyu Allah yang penuh dan defenitif ada dalam
Sabda-Nya yang telah menjadi daging, yaitu Yesus Kristus, pengantara, dan
kepenuhan Wahyu.
2. Sebagai putra tunggal Allah yang menjadi manusia, Dia adalah
sabda yang sempurna dan defenitif dari Bapa. Dengan pengutusan Putra dan
penganugrahan Roh Kudus, wahyu telah lengkap secara penuh, namun maknanyayang
lengkap dipahami oelh iman Gereja secara bertahap selama berabad-abad.
Bab 2 : Beragama dan Beriman Sebagai Tanggapan Atas Kehendak Allah
Harapan dengan wahyu agar manusia dapat mengenal/mengetahui
Tuhannya, mengakui dan menerima Tuhannya, dan mencintai-Nya dengan penuh
berserah kepada-Nya. Iman adalah tanggapan terhadap pewahyuan diri Allah.
Penyerahan diri secara total kepada Allah dan kehendak-Nya. Agama adalah yang memiliki unsur dasar wahyu dan iman, tidak
hanya dihayati secara personal tetapi juga secara kolektif seperti : Hidup
mengumat (jemaat), Ibadah ( Ritual Keagamaan ), Ajaran, Pelayanan
Kemasyarakatan.
Bab 2 : Beragama dan Beriman Sebagai Tanggapan Atas Kehendak Allah
A. Unsur Hakiki dari Agama adalah Wahyu dan Iman
Wahyu adalah pernyataan diri Allah terhadap umat manusia
(Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia). Unsur dari wahyu adalah
mengenalkan/memperkenalkan, menunjukkan, menghadirkan diri dan kehendak-Nya
(dating, mendekat/melawat, mendekati, menyapa, menolong).
Hidup manusia dalam beragama selalu bersifat dinamis,
maksudnya manusia dapat bergerak semakin mengerti, memahami, menghayati dan
mengaplikasikan ajaran imannya dalam kehidupan sehari-hari dan berkembang untuk
menuju perbaikan diri. Dengan demikian, manusia juga bergerak menjawab tuntutan
dan perkembangan jaman, orientasi hidupnya semakin luas/universal dalam misi
keselamatan Tuhan. Menurut Thomas Aguinas agama berarti “ Keterarahan manusia
kepada Allah secara benar”
B. Pandangan Umum tentang Agama
Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri seorang, berupa
ungkapan dan perwujudan keyakinan pribadi yang menuntun seseorang pada
keselamatan kini dan nanti di akhirat. Dari dahulu manusia sudah mengetahui
bahwa Allah merupakan sumber keselamatan manusia
Menurut KBBI, agama didefinisikan sebagai ajaran/sistem yang
mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata
kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan sesame serta lingkungannya. Dalam
Glossary Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa agama adalah satu perangkat
kepercayaan dan tindakan yang diikuti oleh mereka yang berkomitmen untuk
melayani dan menyembah Allah. Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah satu
perangkat kepercayaan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan manusia
dengan sesamanya serta lingkungannya, melaui doa, ritual, atau liturgy dan
ajaran moral.
Ada berbagai alasan/motivasi yang muncul saat manusia
menganut suatu agama:
1. Mencari perlindungan (rasa aman) bagi hidupnya
2. Menemukan jawaban atas persoalan hidup
3. Menemukan arti/makna hidup
4. Sebagai pedoman dalam menentukan tindakan yang baik
5. Memuaskan kerinduan akan masa depan yang lebih baik
Beragama yang benar harus didasarkan pada dorongan dari
dalam untuk mencari kebenaran. Beragama harus dengan motivasi untuk membangun
hubungan yang semakin mendalam dengan Tuhan dan sesamanya.
C. Pandangan Gereja tentang Beragama ( berdasarkan Nostra
Aetate art 1 )
Berdasarkan Nostra Aetate art. 1, beragama yang benar adalah
sebagai berikut.
1. Tidak bersikap formalistis dalam beragama, artinya kita
jangan hanya sebatas memenuhi tuntutan/ kewajiban semata, apalagi hanya sekedar
ingin dilihat dan dinilai baik oleh orang lain.
2. Benar-benar mendalami ajaran agama kita, sehingga kita tidak
jatuh pada pemahaman yang dangkal dan setengah setengah
3. Mengamalkan ajaran agama secara baik dan benar, tidak hanya
sebatas mengetahui saja
4. Bersikap kritis dalam menyikapi pandangan agama sendiri
maupun agama orang lain dengan mengutamakan kehendak Allah sebagai ukuran
kebenaran.
Bab 3 : Beriman Kristiani
A. Iman
Iman menurut Konsili Vatikan II, Katekismus, dan pengajaran
Paus Yohanes Paulus II adalah iman yang terdiri dari dua unsur, yaitu :
Yang pertama adalah unsur pribadi, yaitu kepercayaan kepada
Allah, akan segala kasih dan kebijakan-Nya, sehingga kita mau menyerahkan diri
kita tanpa syarat kepada-Nya. Dengan kata lain, kita lebih percaya akan
kebijaksanaan Allah daripada kebijakan diri sendiri untuk menentukan
kebahagiaan kita, dan kita lebih percaya akan kuasa rahmat-Nya daripada
kekuatan diri kita sendiri untuk mencapainya.
Yang kedua adalah unsur obyektif, yaitu kita percaya akan
isi wahyu yang diberikan Tuhan, dan memegangnya sebagai sesuatu yang ilahi.
B. Kasih Karunia
Kasih karunia merupakan sarana Allah dalam :
1. Penyelamatan manusia berdosa
2. Persekutuan-Nya dengan manusia berdosa
3. Pendamaian antara Allah dan manusia berdosa
C. Makna Beriman
1. Beriman tidak hanya sekedar tahu atau percaya, melainkan
melakukan apa yang diketahui dan dipercayainya
2. Beriman kepada Allah berarti menyerahkan diri secara total
kepada kehendak Allah
3. Penyerahan diri secara total muncul berdasarkan keyakinan
bahwa Allah pasti memberikan dan melakukan yang terbaik bagi manusia. Yang
dikehendaki Allah semata-mata adalah kebahagiaan dan keselamatan manusia.
4. Sikap penyerahan diri secara total tersebut memungkinkan
manusia tidak tawar-menawar apalagi memaksakan kehendaknya, tidak ragu-ragu.
Manfaat Beriman bagi manusia : tidak was-was atau khawatir
akan hidup yang sedang dijalani, dekat dengan Allah sehingga merasa bahagia,
damai, aman, tenang, dan optimis dalam menata hidup. Dengan beriman, kita
merasa damai, tenang, damai, dan tabah karena keyakinan akan pertolongan dari
Allah. Dengan beriman, kita juga memiliki kekuatan dan keberanian dalam
menghadapi masalah-masalah hidup. Sebaliknya, bagi orang yang menjalani hidup
tanpa iman akan diliputi rasa takut, gelisah, tidak punya harapan (cepat putus
asa), cenderung mencari jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan.
Aspek dalam beriman:
1. Iman adalah rahmat
2. Iman adalah anugrah
3. Iman itu personal
4. Beriman itu proses
5. Iman berkembang dalam kebersamaan dengan orang lain
Bab 4 : Mewujudkan Iman Kristiani Dalam Hidup Sehari-Hari
Orang beriman kristiani sejati adalah orang yang hidup dan
tindakannya senantiasa diwarnai dan dimotivasu oleh iman kristianinya dan bukan
sekedar oleh alasan keagamaan yang cenderung lahiriah. Seorang yang beriman
kristiani adalah seorang yang religious, yaitu orang yang selalu menyadarkan
hidupnya pada kristus dan menyadari bahwa seluruh peristiwa hidupnya
mengucapkan karya Kristus yang menyelamatkan. Istilah iman dalam
komponen-komponen Alkitab :
1. Percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar
2. Mengandalkan/mempercayai diri
3. Setia dan taat
A. Pengertian Iman
Iman adalah penyerahan diri secara total kepada kehendak
Allah. Iman juga dapat diartikan sebagai hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus
Kristus.
Sifat-sifat Iman adalah :
1. Mengatur manusia kepada keselamatan
2. Iman yang hidup
3. Iman yang dihayati dan diamalkan
4. Iman yang berbuah banyak
5. Segala tindakan kita akhirnya merupakan bukti pengungkapan
dan perwujudan iman
Aspek-aspek hidup beriman kristiani
Pengalaman Religius sebagai orang kristiani adalah
pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang
berpuncak dalam diri Yesus Kristus, dank arena pengalaman itu manusia sampai
kepada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada Kristus.
Penyerahan Iman adalah jawaban atas wahyu Allah yang telah
berkarya. Dengan adanya penyerahan iman orang tidak hanya mengakui bahwa Yesus
adalah Tuhan tetapi juga mewujudkan tindakan atau perbuatan sesuai dengan
ajaran-Nya. Dalam mat 7:21 Yesus bersabda “Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga.”
Pengetahuan Iman seorang umat kristiani juga dituntut
terus-menerus untuk semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya, hal inilah
yang disebut sebagau pengetahuan iman.
Pewahyuan Allah kepada manusia terjadi secara bertahap.
Puncaknya berada dalam dan melalui diri Yesus Kristus.
B. Kekhasan Iman Kristiani
Ciri penghayatan hidup beriman yang diperlihara umat
kristiani yang dihimpun dalam Gereja Katolik sebaga berikut :
1. Sakramen Baptis artinya is dilahirkan kembali dalam Tuhan
dan dilantik menjadi anak-anak Allah
2. Menerima dan
merayakan sakramen-sakramen lain sebagai sarana Tuhan untuk menyelamatkan
umat-Nya, dalam pimpinan gembala-gembala gereja yang dalam hal ini adalah
hierarki. Sebagai orang beriman kristiani ia mengakui imannya akan Kristus.
3. Bersatu dalam kasih,
doa, pelayanan dan kesaksian.
C. Iman dalam Kebersamaan dengan Jemaat
Hidup beriman memperlihatkan dua aspek yaitu aspek pribadi
dan aspek social. Di satu pihak, iman adalah relasi pribadi kita masing-masing
sebagai individu dengan Allah. Di pihak lain, iman kita mungkin dapat
berkembang tanpa kehadiran orang lain, entah sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok/jemaat. Dengan kata lain untuk mengembangkan iman kita membutuhkan
orang lain.
1. Kata lain dari jemaat adalah umat, yakni kumpulan orang yang
beriman yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai juru selamat dan
penebus. Kumpulan orang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sering disebut
Gereja.
2. Iman kita akan tumbuh dan berkembang karena adanya peran
serta umat, baik dalam keluarga, lingkungan, stasi maupun paroki.
3. Jemaat yang paling dasar adalah keluarga. Oleh karena itu,
keluarga sering disebut Gereja Mini. Melalui keluarga kita mulai mengenal Allah
dari orang tua kita. Orang tua juga mengajari bagaimana harus berdoa dengan
baik, mengajak ke gereja, mengikuti Perayaan Ekaristi dan sebagainya. Dalam
keluarga itulah iman kita lambat laun akan berkembang.
D. Mewujudkan Iman Kristiani dalam Hidup Sehari-hari
Ketaatan Beriman : Seorang beriman patuh kepada Allah bukan
karena terpaksa atau takut melainkan karena menyadari bhawa Allah merupakan
inti dan pusat perhatiannya. Ia sudah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
dan telah mempercayakan diri pada-Nya.
Mencari tahu dan memperdalam iman : Hubungan iman mulai
dengan tahap Allah mengundang dan memperkenalkan diri dan ingin membina
hubungan dengan manusia.Oleh karena itu, pihak manusia memang dituntut agar
mencari tahu tentang Allah, berupaya memeprerat hubungan dengan Tuhan,
merefleksikan iman, serta memperdalam iman.
Hidup dari iman : Seorang beriman selayaknya hidup
berdasarkan pola imannya dan hidup di jalan iman.
Mempertahankan dan menyebarkan iman: Seorang beriman yang
tidak akan tinggal diam, melainkan terdorong untuk berbicara tentang Tuhan
serta maksud dan rencana-Nya. Kabar gembira yang diterima dalam iman merupakan
dorangan besar dan kuat untuk menyebarluaskannya serta menjadi pewarta iman
sekaligus mempertahankannya.
Hidup beriman merupakan proses yang berjalan sepanjang hayat
untuk menanggapi sapaan dan Karya keselamatan Allah masih terus berlangsung
sampai akhir jaman, oleh karena itu, karya keselamatan Allah perlu terus
menerus ditanggapi tanpa henti.
E. Kebiasaan Gereja
yang dilakukan untuk mewujudkan, mengembangkan, dan memperdalam iman anatara
lain :
1. Berhimpun gereja pada hari minggu untuk merayakan Ekaristi
2. Aktif terlibat dalam lingkungan, wilayah dan paroki
3. Terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat
4. Terlibat dalam kehidupan jemaat setempat
5. Rajin membaca Kitab Suci
6. Melaksanakan ibadah harian; membaca tokoh-tokoh beriman,
sebagai inspirasi untuk berkembang
7. Rajin dan setia berdoa secara pribadi
8. Berpuasa dan berpantang yang telah ditentukan
9. Memeriksa batin dan menerima Sakramen Rekonsiliasi (Tobat).
Bab 5 : Hak dan Kewajiban
sebagai Anggota Gereja
A. Hak warga Negara
1. Hak untuk hidup
2. Hak memilih dan dipilih
3. Kebebasan memeluk agama, kemerdekaan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaan
4. Hak untuk mendapat perlindungan dan perlakukab yang sama
dalam hukum dan pemerintahan
5. Mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
6. Hak untuk mendapatkan rasa aman
7. Ikut serta dalam usaha pembelaan Negara
8. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan hak untuk mengeluarkan
pendapat
B. Kewajiban sebagai anggota masyarakat
1. Memelihara keamanan
2. Menjaga ketertiban umum
3. Mengupayakan kesejahteraan
4. Memelihara kebersamaan dan kerukunan demi keharmonisan hidup
bersama
5. Membayar pajak
6. Menjunjung hokum dan pemerintahan
7. Setia membela Negara
8. Menghormati dan memajukan kebudayaan nasional
9. Memberikan suara dalam pemilihan umum
C. Para pemimpin masyarakat
1. Pemimpin yang ideal
adalah pemimpin yang mempunyai pemikiran cerdas, bertindak bijaksana, tidak
memiak, mengutamakan kepentingan umum. Ia berada di tengah-tengah untuk
menggerakkan atau memotivasi anak buahnya dan manakala anak buahnya bergerak ia
juga mampu berada di belakang untuk mendukung dan memberi kekuatan kepada anak
buahnya.
2. Pemimpin menurut Ki
Hajar Dewantara. Pemimpin selalu tut wuri handayani Ia penuh inisiatif
untuk menggerakkan dan mendukung anak buahnya.
3. Pemimpin yang baik akan menghasilkan karya yang mengagumkan
karena didukung dengan kerja keras, kedisiplinan dan sadar akan perannya.
4. Pemimpin yang baik
menurut Tuhan Yesus adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan
banyak orang sebagaimana di sampaikan oelh Yesus dalam Yoh 10:1-18 yang
maknanya adalah gembala yang baik akan mengenal domba-dombanya.
5. Pemimpin palsu atau
pemimpin gadungan adalah pemimpin yang lari ketika masyarakat dalam
kesulitan dan membutuhkannya. Dia mau ada apabila keadaan menguntungkan dirinya
sendiri dan kurang peduli/ tidak peduli pada kebutuhan anak buahnya atau
rakyatnya.
6. Pemimpin yang baik akan
mengenal dan dikenal oleh rakyatnya/anak buahnya, sehingga ia akan amengetahui
anak buahnya, maka memimpin yang seperti ini akan memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan anak buah/rakyatnya. Pemimpin yang baik selalu berusaha
melakukan yang menjadi kehendak Allah dan bukan keinginannya sendiri. Ia yakin
akan perlindungan dan dukungan Allah dalam usahanya memenuhi harapan dan
kebutuhan anak buah/ rakyatnya.
7. Pemimpin menurut
Yesus Kristus adalah pemimpin yang menjadi abdi/pelayan banyak orang,
melaksanakan hal-hal yang dibutuhkan dan diharapkan banyak orang.
D. Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Maksud kebebasan yang bertanggung jawab adalah kebebasan
untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan minat dan
bakat masing-masing, bukan kebebasan yang mengakibatkan orang lain menderita
atau terganggu. Oleh karena itu, kita perlu membina hati nurani terus menerus
agar tindakan kita senantiasa sesuai dengan kehendak Allah, bermanfaat bagi
sesame dan sekaligus mengembangkan diri kita.
Cara untuk membina hati : refleksi diri, mawas diri, banyak
membaca buku-buku rohani, rajin berdoa, merenungkan isi kitab suci, membiasakan
diri untuk selalu mengikuti bisikan suara hati dan melaksanakannya,
mendengarkan khotbah di gereja secara langsung, mendengarkan khotbah di tv,
radio, VCD.
Bab 6 : Bangsa Israel Memasuki
Tanah Terjanji
Dalam kitab suci, hanya manusia yang
dikatakan citra Allah. Manusia dikatakan citra Allah karena:
1. Manusia memiliki martabat sebagai
manusia
2. Manusia mengenal dirinya sendiri
3. Menjadi tuan atas dirinya sendiri
4. Mengabdikan diri dalam kebebasan
5. Hidup dalam kebersamaan dengan
orang lain
6. Dapat berelasi dengan Allah,
Penciptanya
Ada kemampuan dasar manusia sebagai
citra Allah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya yaitu:
1. Akal budi
2. Kebebasan
3. Hati nurani
Pada zaman sekarang ini, martabat
manusia sebagai citra Allah banyak direndahkan oleh sesama manusia sendiri
contohnya:
1. Banyak orang melihat orang lain
hanya berdasarkan siapa dan orang tersebut. Orang yang dihormati hanya jika ia
memiliki kekayaan, kedudukan, atau pangkat yang tinggi.
2. Memandang orang lain lebih rendah
daripada kita, entah karena kurang cantik, kurang tampan, bodoh atau kekurangan
lainnya yang ada pada diri seseorang
3. Memperlakukan orang lain
semena-mena menurut kemauan kita, karena kita memiliki kelebihan dibandingkan
orang lain
4. Adanya perbudakan, penindasan,
kaum buruh, mempekerjakan anak dibawah usia, intimidasi, penculikan, penahanan
dan sebagainya.
Beberapa penyebab adanya tindakan
yang merendahkan martabat manusia antara lain :
1. Tidak adanya penghargaan terhadap
hidup
2. Adanya anggapan bahwa kedudukan
orang lain lebih rendah daripada dirinya
3. Memperlakukan orang lain lebih
rendah daripada dirinya
4. Keegoisan manusia dan sebagainya
Beberapa contohnya adalah Mahatma
Gandhi, Ibu Theresa dari Calcuta, Rm, Mangunwijaya.
Menghormati dan meluhurkan martabat
manusia
1. Menghargai hidup pribadi
Tubuh yang kita miliki adalah
anugrah dari Allah. Oleh karena itu, setiap orang wajib memelihara dirinya
sendiri dengan sebaik-baiknya. Memelihara tubuh dan mengupayakan kesehatan
merupakan wujud sederhana daritindakan meluhurkan martabat manusi. Selain itu,
tubuh kita perlu digunakan sebagaimana mestinya. Pikiran, tutur kata, kehendak
dan tindakan kita senantiasa perlu kita jaga agar tidak merusak diri kita
sebagai citra Allah. Orang lain tidak akan menghargai kita kalau kita sering
berkata kotor dan kasar, menyakiti hati, berbohong, congkak/sombong, suka
berkelahi dan sebagainya.
2. Bekerjasama dengan berjuang
bersama orang lain
Memperjuangkan keluhuran martabat
manusia berarti mengupayakan agar manusia hidup secara menusiawi sebagai citra
Allah. Oleh karena itu, membiarkan sesame hidup dalam kelaparan, kemisminan dan
penindasan sama artinya dengan melawan kehendak Allah sendiri. Setiap orang
perlu dibantu agar merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan tidak
merasakan lapar lagi, tidak ditindas lagi, tidak disingkirkan lagi, tidak dicap
sebagai orang berdosa atau orang kecil dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment